Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/core/helpers/post.php on line 53

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/core/helpers/post.php on line 72
Ekonomi Kopi – Rumah Kopi Ranin

17 January 2017

Ekonomi Kopi

IMG-20170105-WA0089

 

Beberapa negara di dunia tidak bisa tumbuh pohon kopi, namun menyandarkan sebagian ekonominya dari kopi. Italy misalnya. Tidak satu batangpun pohon kopi tumbuh di sana. Tetapi hari ini peradaban kopi dunia telah dibentuknya. Buktinya tak satupun negara di dunia yang tidak menyeduh cappuccino, espresso dan cafe latte. Meski harus mengimpor kopi, dari Indonesia salah satunya, Italy membentuk cara orang menyeduh dan menikmati kopi.

Tidak mengherankan negara itu memiliki beberapa institut kopi, lembaga kursus kopi, termasuk industri kopi dan mesin kopi.  Orang-orang yang ingin menguasai kopi membayar mahal datang ke Italy dan belajar di sana.

Italy pun membuat mesin espresso yang banyak dijual ke negara penghasil kopi, tak terkecuali Indonesia. Jangan heran bila, beberapa kedai kopi ataupun hotel di Indonesia menggunakan kopi yang diolah dari Italy. Walau sebenarnya biji  kopi mentahnya asalnya dari Indonesia.

German selain karena industri otomotif,  dikenal juga di dunia karena mesin sangrai kopinya memiliki presisi dan optimal dalam mengekstraksi citarasa dan aroma. Mesin sangrai dari German populer dipakai di dunia, termasuk di Indonesia. Termasuk juga mesin penggiling kopinya dikenal karena menghasilkan butiran kopi yang seragam.

Amerika Serikat tak terkecuali juga ikut menyandarkan ekonominya pada kopi. Meski tak memiliki tanaman kopi, standar kharakter citarasa rasa kopi buatan asosiasi kopi amerika terlanjur menjadi pakem perdagangan dunia dan kontes.

Indonesia memerlukan banyak sekali tenaga terampil di bidang perkopian, mulai dari pekebun kopi yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mumpuni, juru sangrai (roaster), tester kopi, peracik kopi dan juga tenaga untuk administrasi bisnis. Sampai hari ini Indonesia belum memiliki sekolah khusus kopi.

Indonesia memerlukan banyak sekali tenaga terampil di bidang perkopian, mulai dari pekebun kopi yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mumpuni, juru sangrai (roaster), tester kopi, peracik kopi dan juga tenaga untuk administrasi bisnis. Sampai hari ini Indonesia belum memiliki sekolah khusus kopi.

Kopi Indonesia

Berkaca pada pengalaman banyak negara yang memberikan perhatian penting, bahkan mendapatkan manfaat ekonomi yang luar biasa dari  kopi, apakah yang harus dilakukan oleh Indonesia?

Sebenarnya, nama kopi Indonesia sudah dicatat sangat istimewa di jagat kopi dunia. Pada abad 17 kopi dari Priangan Barat sudah menciptakan rekor harga tertinggi lelang kopi di Amsterdam. Istilah Cup of Java sebagai nama lain untuk secangkir kopi adalah bukti yang melekat sampai hari ini tentang betapa melegendanya kopi Indonesia di dunia.

Kedai-kedai kopi di beberapa kota di Eropa, Amerika, Australia kini juga memajang nama Sumatera, Jawa, Toraja, bahkan juga Papua akhir-akhir ini untuk menunjukan kopi dari Indonesia. Beberapa roaster dari sana juga datang ke kebun kopi di Indonesia.

Sekali lagi ini membuktikan bahwa kopi Indonesia memiliki citarasa yang enak.

Tatangannya, kopi Indonesia jangan hanya diseduh secara enak di luar negeri. Tetapi di dalam negeri juga harus enak seduhannya. Biar cerita kopi enak Indonesia, bukan hanya di luar tetapi lebih penting juga di Indonesia. Wujudkan Indonesia sebagai negara dengan produksi kopi enak sekaligus negara dengan penyeduhan kopi yang enak. Soal produksi kopi yang enak, pada level tertentu kita sudah buktikan seperti telah tercatat dalam sejarah.Tetapi soal menyeduh kopi kita sendiri yang enak, meski ada perkembangan yang bagus dengan tumbuhnya kedai kopi, masih ada proses yang perlu ditingkatkan.

Konsumsi kopi rakyat Indonesia perlu ditransformasikan dari kopi grade komersial menjadi spesialty. Soal ini tentu akarnya adalah pada tradisi petik kopi dan pengolahannya yang benar. Kopi musti dipetik pada saat buah merah saja, lalu dilanjutkan dengan pengolahan yang tepat.

Bila prasyarat dasar kita telah miliki, desa-desa penghasil kopi perlu membuat festival agar kopi mereka juga menjadi tuan di desanya sendiri. Pemerintah daerah perlu membiasakan diri menyajikan kopi daerahnya setelah diolah dengan baik.

Lembaga penelitian dan pendidikan bertanggungjawab untuk menghasilkan sumberdaya terampil tentang kopi. Karena kita yang menghasilkan kopi, sudah semestinya kita bisa menghasilkan petani kopi yang terampil dalam budidaya hingga pengolahan kopi. Tidak benar, bila Italy saja memiliki institut kopi untuk menghasilkan sumberdaya manusia pengolah kopi, tetapi kita tidak memiliki pendidikan vokasional tentang kopi.

Kita memerlukan banyak tenaga peracik dan roaster yang terampil. Bukan sekedar peracik kopi ala luar negeri, tetapi sebaliknya peracik yang mampu mengangkat kebudayaan lokal kopi. Kebudayaan kopi nusantara tumbuh tanpa bisa dilepaskan dengan adat masyarakat yang menanam kopi.

Kedai kopi juga perlu tampil dengan kekhasan kebudayaan Indonesia. Bukan cuma bisa menjiplak gaya kedai kopi luar negeri saja. Kita musti mampu membangun kebanggaan atas petani kopi kita sendiri dalam pentas kopi Indonesia.

Keindahan bentang alam Indonesia, ekologi yang terjaga, dan agroekosistem, tempat kopi kita ditanam, harusnya mampu kita pakai untuk standar baru kopi dunia.

Dari secangkir kopi, kita bisa membuat sejarah kopi Indonesia dan dunia beraroma lebih harum. Srupuut.


Fatal error: Uncaught Error: [] operator not supported for strings in /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/core/helpers/post.php:56 Stack trace: #0 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/partials/content-single.php(72): layers_post_meta(603) #1 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-includes/template.php(564): require('/home/zrrnhhuq/...') #2 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-includes/template.php(521): load_template('/home/zrrnhhuq/...', false) #3 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-includes/general-template.php(171): locate_template(Array, true, false) #4 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/single.php(21): get_template_part('partials/conten...', 'single') #5 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-includes/template-loader.php(89): include('/home/zrrnhhuq/...') #6 /home/zrrnhhuq/public_html/wp-blog-header.php(16): require_once('/home/zrrnhhuq/...') #7 /home/zrrnhhuq/public_html/index.php(17): require('/home/zrrnhhuq/...') #8 {main} thrown in /home/zrrnhhuq/public_html/wp-content/themes/layerswp/core/helpers/post.php on line 56